Selesai ditulis oleh Dr. Lucien Adam pada 29 Januari 19381

  1. Lawu dan Willis

DR. Robert Heine-Gerden [1885-1968] mengeluh di dalam studi tebtang kebudayaan megalitikum di Asia Tenggara bahwa penelitian yang dilakukan tentang kuil (tempat suci) pada gunung-gunung di Jawa yang sangat bobrok tidak begitu memadai. Kini, sudah saatnya reruntuhan itu dipelajari oleh para ahli, karena puncak gunung sangat mudah untuk didaki dan teras batu lainnya masih bertahan digunung itu. Temuan mencolok yang dapat dilihat oleh setiap pengunjung adalah banyaknya teras, yang nanti akan dijelaskan secara rinci , seperti yang telah ditemukan pula di berbagai gunung lain di Jawa.

Apa sebenarnya teras-teras ini dan kapan pembentukannya terjadi? Menurut [mantan kepala Dinas Kepurbakalaan Kolonial (Oudheidkundige Dienst) Dr. Nicolaas J.] Krom [1883-1945] menjabat 1913-15/16], teras di Lawu terbentuk karena alam dan upaya penduduk asli sebagai bagian pemujaan dari masa pra Hindu. Hal ini mirip dengan peninggalan candi Hindu-Jawa Sukuh dan Ceto [dilereng barat Gunung Lawu] yang dibangun oleh orang-orang yang memeluk agama Siwa (pendukung Siwaisme), “yang sejak dulu kala , wilayah ini dikhususkan sebagai tempat persembahan kepada alam dan tempat suci kedudukan lingga yang nudah dilihat kemiripannya dengan kumpulan lingga meraka sendiri [figur batu yang mewakili Siwa]”. Orang-orang Siwais hidup dilereng gunung Lawu pada abad ke – 15 dan wilayah tersebut kini [sesudah Maret 1757] masuk dalam wilayah Mangkunegaran.

Antara Lawu dan Wilis

Arkeologi, Sejarah dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam [Residen Madiun 1934 – 38 halaman 35 – 36